Makalah Perencanaan Penentuan Media Pembelajaran


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,  berasal dari kata belajar yang artinya berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; atau berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan seseorang belajar. Oleh karena itu, dalam menciptakan proses agar menjadikan seseorang belajar, maka terlebih dahulu dirumuskan suatu perencanaan pembelajaran yang salah satunya adalah perencanaan penentuan media pembelajaran.

Media merupakam alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke peserta didik. Agar informasi yang disampaikan oleh pengajar melalui perantara media dapat diserap dengan baik oleh peserta didik, maka seorang pengajar harus merencanakan penentuan media yang tepat. Dengan mempertimbangkan aspek-aspek tertentu.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian perencanaan media pembelajaran?
2. Apa saja jenis dan klasifikasi media?
3. Bagaimana langkah-langkah penentuan media?

C. Tujuan Penulisan

1. Memahami pengertian perencanaan media pembelajaran.
2. Mengetahui jenis dan klasifikasi media.
3. Mengetahui langkah-langkah penentuan media.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perencanaan Media Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perencanaan berasal dari kata dasar rencana yang artinya konsep, rancangan, atau program, dan perencanaan berarti proses, perbuatan, cara merencanakan. Perencanaan adalah rumusan dari tindakan- tindakan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan sesuai dengan maksud dan tujuan yang ditetapkan. George R. Terry menyebutkan [Yayat M, 2001: 85], “Plannings The selecting and relating of factand The makingand pusing of Assumption regarding The futurein The visualization and formulation of proposed Activities believed necessary to achieve desired results”. Bila kita perhatikan dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perencanaan harus berdasarkan pada fakta, data dan keterangan konkret. Selain itu dalam sebuah perencanaan dibutuhkan pemikiran, imajinasi dan kesanggupan melihat masa yang akan datang. Perencanaan ini menyangkut tindakan- tindakan apa yang dapat dilakukan terhadap hambatan yang mengganggu kelancaran usaha.

Kata media berasal dari bahasa Latin medis yang secara harfiah berarti “tengah, perantara, atau pengantar”. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara (وسا ئل ) atau pengatntar pesan dari  pengirim kepada penerima pesan. Menurut Gerlach & Ely [Azhar Arsyad, 2010: 3], mengatakan bahwa media secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian dalam membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Sedangkan menurut Association of Education Ana Communication Technology (AECT) Amerika [Hamzah & Nina Lamatenggo, 2010: 121], media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan adu informasi. Apabila dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke peserta didik.

Pembelajaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,  berasal dari kata belajar yang artinya berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; atau berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan seseorang belajar.Hergenhahn [Barbara J & Billie, 1996: 25] mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu perubahan perilaku yang relatif tetap atau kemungkinan perilaku akibat peristiwa yang pernah dialami dan kondisi yang tidak dapat hilang dari tubuh akibat penyakit, kelemahan atau obat. Adapun pembelajaran menurut Maple dan Webster adalah suatu proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman.

Berdasarkan beberapa defensi diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan media pembelajaran adalah kegiatan memproyeksikan tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam suatu proses belajar mengajar  yaitu dengan mengkoordinasikan komponen-komponen pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, cara penyampaian kegiatan (metode, model dan teknik), serta bagaimana mengukurnya menjadi jelas dan sistematis, sehingga nantinya proses belajar mengajar menjadi efektif dan efisien.

B. Jenis dan Klasifikasi Media

Jenis media yang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran cukup banyak ragamnya mulai dari media yang sederhana, sampai media yang cukup rumit dan canggih. Untuk mempermudah mempelajari jenis media, karakter, dan kemampuannya dilakukan pengklasifikasian atau penggolongan. Menurut Hamzah dan Nina dalam bukunya “Teknologi Komunikasi & Informasi Pembelajaran” [2010: 122], 

Salah satu bentuk klasifikasi yang mudah dipelajari adalah klasifikasi yang disusun oleh Heinich dan kawan- kawan. Klasifikasinya yaitu:

1. Media Non Proyeksi
Media ini sering disebut sebagai media pameran atau displayed media. Golongan media yang tidak diproyeksikan yaitu:
a. Realita
Realita adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan ajar. Pemanfaatan media realita tidak harus selalu dihadirkan dalam ruang kelas, tetapi dapat digunakan sebagi sesuatu kegiatan observasi pada lingkungannya. Realita dapat digunakan dalam kegiatan belajar dalam bentuk sebagaimana adanya tidak perlu dimodifikasi, tidak ada pengubahan kecuali dipindahkan dari kondisi lingkungan hidup aslinya. Ciri media realita adalah benda asli yang masih berada dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan, hidup, dalam ukuran yang sebenarnya dan dapat dikenali sebagaimana wujud aslinya. Selain dalam bentuk aslinya media realita dapat dimodifikasi dalam proses pembelajaran. Modifikasi tersebut terdapat tiga cara, yaitu sebagai berikut.
1) Cutaways (potongan)
Cutaways adalah belahan atau potongan benda sebenarnya yang digunakan untuk dapat melihat bagian dalam dari benda tersebut. Misalnya realita sebuah mesin, dengan cara membelah mesin tersebut, peserta didik akan dapat melihat bagaimana cara kerja mesin tersebut.
2) Specimen (contoh)
Spesimen adalah bentuk media realita yang digunakan dalam bentuk asli dari sebuah benda dalam jenis atau kelompoknya, misalnya kupu- kupu dalam berbagai jenis, atau serangga lain. Untuk mempermudah pengamatan pada umumnya spesimen tersebut dikemas atau diletakan dalam botol, kotak, atau tempat lain yang dapat diobservasi.
3) Exhibit (pameran)
Realita dapat ditampilkan dalam bentuk pameran yang dirancang seolah berada dalam lingkungan atau situasi yang asli. Misalnya benda sejarah, benda- benda tersebut dipamerkan dalam warna atau kondisi asli atau situasi bagaimana pemanfaatan benda tersebut pada kurun masa tertentu, media realita dapat diadakan atau dapat dimanfaatkan. Dengan demikian, media realita ini memberikan suatu kontribusi yang besar sekali dalam proses belajar mengajar.
b. Model
Menurut Brown, model didefinisikan sebagai benda nyata yang dimodifikasikan, sedangkan menurut Heinich model yaitu gambaran bentuk tiga dimensi dari sebuah benda nyata. Penggunaan model sebagai media dalam pembelajaran dimaksudkan untuk mengatasi kendala pengadaan realita seperti harga yang tinggi atau benda yang sulit untuk digunakan sebagai realita. Model dapat berukuran lebih besar, lebih kecil atau berukuran sama persis dengan benda aslinnya, serta dapat menampilkan wujud yang lengkap dan rinci dari benda aslinya, atau dapat ditampilkan dalam wujud yang disederhanakan untuk mempermudah proses kegiatan pembelajaran.
c. Bahan Grafis
Media grafis yang juga digolongkan sebagai media visual non proyeksi, mudah digunakan karena tidak membutuhkan peralatan serta relatif murah. Umumnya media yang termasuk dalam golongan ini hanya menbutuhkan biaya yang relatif rendah atau bahkan tidak memerlukan biaya sama sekali. Diantara contoh media grafis yaitu gambar diam, sketsa, diagram, grafik, dan bagan.
d. Papan Display
Berbagai media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, poster, chart, realita atau lainnya yang akan digunakan dalam proses pembelajaran kadang kala membutuhkan tempat untuk mendisplay atau memajang. Banyak pilihan yang dapat digunakan untuk mendisplay atau memajang media yang tidak diproyeksikan, yaitu papan tulis dan papan buletin (mading).

2. Media yang Diproyeksikan (Projected Media)
Media yang tergolong sebagai media yang diproyeksikan yang selama ini dikenal adalah overheadtransparancies (OHP), slide, dan film strips. Media tersebut diproyeksikan ke layar dengan menggunakan alat khusus yang dinamakan projector.
a. OHP
OHP merupakan media yang paling sering digunakan tidak hanya karena populer, tetapi juga relatif lebih mudah mempersiapkan materi ataupun pengoprasiannya. Selain dibutuhkan bahan transparansi, teknologi itu juga membutuhkan alat tulis khusus atau pena. Untuk mendapatkan hasil yang baik, alat tulis yang digunakan sebaiknya khusus untuk overheadtransparancies. Alat tulis ini dibedakan dalam dua jenis yaitu yang bersifat permanen dan yang dapat dihapus. Pena yang dapat dihapus biasanya digunakan untuk pemberian tanda- tanda tertentu untuk stressing pada transparancies yang telah ditulis secara permanen. Selain itu, pena yang dapat dihapus ini juga digunakan untuk menulis materi presentasi pada saat proses pebelajaran berlangsung.
b. Slide
Media ini menuntut keterampilan dan perlengkapan tertentu dalam pengadaannya. Sekali pun media ini lebih banyak bersifat visual, banyak ahli menyarankan penggunaanya dalam pengajaran. Objek- objek yang ingin diperlihatkan melalui slide ini dapat ditampilkan dalam warna yang lebih realistik dan orsinil. Disamping itu, perangkat slide ini mudah direvisi dan diadaptasikan, mudah dipergunakan dan disimpan dan mudah disusun kembali bila perlu kembali, dapat dikombinasikan dengan alat lain (misalnya audio tape) agar lebih efektif dan dapat disesuaikan dengan kepentingan setiap individu atau kelompok. [Ibrahim & Nana Syaoudih, 1996: 116]
c. Film Strips
Media ini agak sulit pengadaan dan penggunaannya karena membutuhkan keterampilan khusus. Disamping itu karena susunan filmnya bersifat permanen, sulit diadakan perubahan bila sewaktu- waktu guru menghendaki urutan yang berbeda dari penyajian yang telah ada. Namun demikian, media ini memilki keuntungan- keuntungan tertentu dalam penggunaannya. Karena urutannya telah tersusun secara sistematis hal ini sangat membantu siswa dalam memahami gejala atau peristiwa yang diperlihatkan di dalamnya. Disamping itu film trips ini dapat dikombinasikan dengan alat lain misalnya dengan rekaman atau petunjuk tertentu, dapat digunukan untuk studi individual atau kelompok serta dapat dioperasikan dengan bantuan yang relatif sederhana.
3. Media Audio
Media audio adalah merupakan media yang sangat fleksibel, relatif murah, praktis dan ringkas serta mudah dibawa (portable). Media ini dapat digunakan baik untuk keperluan belajar kelompok (Group learnig) maupun belajar individual. Dengan karakteristik yang dimilikinya, media ini efektif digunakan dalam beberapa bidang studi seperti bahasa dan seni musik. Penggunaan media audio dalam pelajaran bahasa umumnya difokuskan pada dua pokok bahasan utama yaitu pengucapan dan structure dril. Contoh alat media audio ialah tipe recorder. [Hamzah & Nina, 2010: 134]
4. Media Audio- Visual
Media visual yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan pekerjaan tambahan untuk memproduksinya.  Salah satu pekerjaan penting yang diperlukan dalam media audio- visual adalah penulisan naskah dan storyboard yang memerlukan persiapan yang banyak, rancangan dan penelitian. 
Naskah yang menjadi bahan narasi disaring dari isi pelajaran yang kemudian disintesiskan ke dalam apa yang ingin ditunjukan dan dikatakan. Narasi ini merupakan penuntun bagi tim produksi untuk memikirkan bagaimana video menggambarkan atau visualisasi materi pelajaran. Salah satu contoh media audio- visual ialah video, film, laboratorium bahasa, televisi, dan yang lainnya. [Azhar Arsyad, 2010: 94]
5. Media Berbasis Komputer
Dewasa ini komputer memilik fungsi yang berbeda- beda dalam bidang pendidikan dan latihan. Komputer berperan sebagai manager dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan nama Computer ManagedIntruction (CMI). Adapula peran komputer sebagai pembantu tambahan dalam belajar; pemanfaatannya meliputi penyajian informasi isi materi pelajaran, pelatihan, atau kedua- duanya. [Azhar Arsyad, 2010: 96]
Menurut Bambang Warsita dalam bukunya Teknologi Pembelajaran [2008: 137], mengemukakan bahwa program pembelajaran berbantuan komputer ini memanfaatkan seluruh kemampuan komputer, terdiri dari gabungan hampir seluruh media, yaitu: teks, grafis, gambar, foto, audio, video, dan animasi. Seluruh media tersebut secara konvergen, akan saling mendukung dan melebur menjadi satu media yang luar biasa kemampuannya. Salah satu keunggulan media komputer ini yang tidak dimiliki oleh berbagai media lain, ialah kemampuannya untuk memfasilitasi interaktivitas peserta didik dengan sembur belajar (content) yang ada pada komputer (manandmachineinteractivity)
6. Media Cetak
Media cetak biasanya diartikan sebagai bahan yang diproduksi melalui percetakan profesional, seperti buku, majalah, dan modul. Adapun menurut Azhar Arsyad [2003: 37], media cetakan adalah bahan- bahan yang disiapkan di atas kertas untuk pengajaran dan informasi. Disamping buku teks atau buku ajar, termasuk pula lembaran penuntun berupa daftar tentang langkah- langkah yang harus diikuti ketika mengoprasikan sesuatu peralatan atau memelihara peralatan. Lembaran ini berisi gambar atau foto disamping teks penjelasan. Penuntun belajar adalah bentuk media cetak lain yang mempersiapkan dan mengarahkan siswa bagaimana untuk maju ke unit berikutnya dan menyelesaikan mata pelajaran. Disamping itu ada pula penuntun instruktur yang memberikan tuntunan dan bantuan kepada instrukturpada saat mempersiapkan dan menyampaikan pelajaran. Jadi penuntun instruktur meliputi petunjuk dan informasi yang berkaitan dengan pokok- pokok bahasan yang diajarkan. Bentuk lain dari media cetakan adalah brosur dan newsletter. Brosur merupakan pengumuman atau pemberitahuan mengenai sesuatu program atau pelayanan, sedangkan newsletter berisikan laporan kegiatan suatu organisasi.
Menurut SudarwanDanim [2008, 28], fungsi media cetak tidak kalah dengan program audio dan program audio- visual. Bahkan untuk kalangan tertentu, bahan bacaan seperti buku, jurnal, majalah, koran, brosur, dan yang lainnya lebih menguntungkan, karena dapat dibaca ulang dan dijadikan bahan acuan ilmiah. Bahan- bahan itu tersebar di toko- toko buku, di rumah- rumah pribadi, di pedagang kaki lima, bahkan di tangan pedagang asongan, sehingga media cetak sangat mudah untuk diperoleh.

C. Langkah-langkah Penentuan Media

Heinich, dan kawan-kawan [Azhar Arsyad, 2010] mengajukan model perencanaan penggunaan media yang efektif yang dikenal denagn istilah ASSURE. ASSURE adalah singkatan dari AnalyzeLearnerCharacteristics, State Objective, SelectorModifyMedia, Utilize, RequiryLearnerResponse, andEvaluate. Model ini menyarankan enam kegiatan utama dalam perencanaan pembelajaran sebagai berikut:

(A) Menganalisis karakteristik umum kelompok sasaran, apakah mereka siswa sekolah lanjutan atau perguruan tinggi, anggota organisasi pemuda, perusahaan, usia, jenis kelamin, latar belakang budaya dan sosial ekonomi, serta menganalisis karakteristik khusus mereka yang meliputi antara lain pengetahuan, keterampilan, dan sikap awal mereka.

(S) Menyatakan atau merumuskan tujuan pembelajaran, yaitu perilaku atau kemampuan baru apa (pengetahuan, keterampilan, atau sikap) yang diharapkan siswa miliki dan kuasai setelah proses belajar mengajar selesai. Tujuan ini akan mempengaruhi pemilihan media dan urutan-urutan penyajian dan kegiatan belajar.

(S) Memilih, memodifikasi, atau merancang dan mengembangkan materi dan media yang tepat. Apabila materi dan media pembelajaran yang telah tersedia akan dapat mencapai tujuan, materi dan media itu sebiknya digunakan untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Di samping itu perlu pula diperhatikan apakah materi dan media itu akan mampu membangkitkan minat siswa, memiliki ketepatan informasi, memiliki kualitas yang baik, memberikan kesempatan bagi siswa untuk berparisipasi, telah terbukti efektif-jika pernah diuji-cobakan, dan menyiapkan petunjuk untuk berdiskusi atau kegiatan follow-up. Apabila materi dan media yang ada tidak cocok dengan tujuan atau tidak sesuai dengan sasaran partisipan, materi dan media itu dapat dimodifikasi. Jika tidak memungkinkan untuk memodifikasi yang telah tersedia, barulah memilih alternatif ketiga yaitu merancang dan mengembangkan materi dan media yang baru. Tentu saja kegiatan ini jauh lebih mahal dari segi biaya, waktu dan tenaga. Namun demikian kegiatan ini memungkinkan untuk menyiapkan materi dan media yang tetap dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

(U) Menggunakan materi dan media. Setelah memilih materi yang media yang tepat, diperlukan persiapan bagaimana dan berapa banyak waktu diperlukan untuk menggunakannya. Di samping praktek dan latihan menngunakannya, persiapan ruaangan juga diperlukan seperti tata letak tempat duduk siswa, fasilitas yang diperlukan seperti meja peralatan, listrik, layar, dan lain-lain harus dipersiapkan sebelum penyajian.

(R) Meminta tanggapan dari siswa. Guru sebaiknya mendorong siswa untuk memberikan respons dan umpan balik mengenai keefektivan proses belajar mengajar. Respons siswa dapat bermacam-macam, seperti mengulangi fakta-fakta, mengemukakan ikhtisar atau rangkuman informasi/pelajaran, atau menganalisis alternatif pemecahan masalah/kasus. Dengan demikian, siswa akan menampakkan partisipasi yang lebih besar.

(E) Mengevaluasi proses belajar. Tujuan utama evaluasi di sini adalah untuk mengetahui tingakat pencapaian siswa mengenai tujuan pembelajaran, keefektifan media, pendekatan, dan guru sendiri.

Dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip-prinsip psikologis yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media adalah sebagai berikut:
1. Motivasi. Harus ada kebutuhan, minat, atau keinginan untuk belajar dari pihak siswa sebelum meminta perhatiannya untuk mengerjakan tugas dan latihan. Lagi pula, pengalaman yang akan dialami siswa harus relevan dan bermakna baginya. Oleh karena itu, perluuntukmelahirkanminatitu dengan perlakuan yang memotivasi dariinformasi yang terkandungdalam media pembelajaraitu.
2. Perbedaan individual. Siswa belajar dengan cara dan tingkat kecepatan yang berbeda-beda. Faktor-faktor seperti kemampuan intelegensia, tingkat pendidikan, kepribadian, dan gaya belajar mempengaruhi kemampuan dan kesiapan siswa untuk belajar. Tingkat kecepatan penyajian informasi melalui media harus berdasarkan kepada tingkat pemahaman. Nasution [2011: 49] berpendapat bahwa pengajaran yang murni menginginkan agar tiap anak belajar menurut cara dan kecepatannya tersendiri, mengetahui hal- hal yang sesuai dengan kebutuhan dan minat untuk mencapai tujuan yang dirumuskannya sekalipun dengan bantuan guru.
Menurut Arief S. Sadiman, dkk. Dalam bukunya yang berjudul “Media Pendidikan” [2003: 100] menjelaskan bahwa jika kita membuat program media, program itu perlu disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Karena setiap kelompok siswa pada hakikatnya mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda, maka kita perlu menentukan secara khas siapa sesungguhnya siswa yang akan kita layani dengan media itu. Membuat program untuk SD tentu berbeda dengan membuat program untuksiswa SMTP, dan akan sangat berbeda dengan program untuk mahasiswa. Hampir tidak mungkin untuk membuat sebuah program yang sesuai untuk semua tingkat umur atau semua jenjang kelas atau sekolah. Karena itu kita harus menentukan dengan pasti dan jelas siapa siswa kita.
3. Tujuan pembelajaran. Jika siswa diberitahukan apa yang diharapkan mereka pelajari melalui media pembelajaran itu, kesempatan untuk berhasil dalam pembelajaran semakin besar. Di samping itu pernyataan mengenai tujuan belajar yang ingin dicapai dapat menolong perancang dan penulis materi pelajaran. Tujuan ini akan menentukan bagian isi yang mana yang harus mendapatkan perhatian pokok dalam media pembelajaran.
Tujuan sangatlah penting bagi kehidupan kita. Karena dapat memberikan kita arah dalam melakukan tindakan. Juga dapat dijadikan acuan dalam mengukur apakah tindakan yang kita lakukan itu betul atau salah, berhasil ataukah gagal.
4. Organisasi isi. Pelajaran akan lebih mudah jika isi dan prosedur atau keterampilan fisik yang akan dipelajari diatur dan diorganisasikan ke dalam urutan-urutan yang bermakna. Siswa akan memehami dan mengingat lebih lama materi pelajaran yang secara logis disusun dan diurut-urutkan secara teratur. Di samping itu, tingkatan materi yang akan disajikan ditetapkan berdasarkan kompleksitas dan tingkat kesulitan isi materi. Dengan cara seperti ini dalam pengembangan dan penggunaan media, siswa dapat dibantu untuk secara lebih baik mensintesis dan memadukan pengetahuan yang akan dipelajari.
5. Persiapan sebelum belajar. Siswa sebaiknya telah menguasai secara baik pelajaran dasar atau memiliki pengalaman yang diperlukan secara memadai yang mungkin merupakan prasyarat untuk penggunaan media dengan sukses. Dengan kata lain, ketika merancang materi pelajaran, perhatian harus ditujukan kepada sifat dan tingkat persiapan siswa.
6. Emosi. Pembelajaran yang melibatkan emosi dan perasaan pribadi serta kecakapan amat berpengaruh dan bertahan. Media pembelajaran adalah cara yang sangat baik untuk menghasilkan respons emosional seperti takut, cemas, empati, cinta kasih, dan kesenangan. Oleh karena itu, perhatian khusus harus ditujukan kepada elemen-elemen rancangan media jika hasil yang diinginkan berkaitan dengan pengetahuan dan sikap.
7. Partisipasi. Agar pembelajaran berlangsung dengan baik, seorang siswa harus menginternalisasi informasi, tidak sekedar diberitahukan kepadanya. Oleh sebab itu, belajar memerlukan kegiatan. Partisipasi aktif oleh siswa jauh lebih baik daripada mendengarkan dan menonton secara pasif. Partisipasi artinya kegiatan mental atau fisik yang terjadi di sela-sela penyajian materi pelajaran. Dengan partisipasi kesempatan lebih besar terbuka bagi siswa untuk memahami dan mengingat materi pelajaran itu.
8. Umpan balik. Hasil belajar dapat meningkat apabila secara berkala siswa diinformasikan kemajuan belajarnya. Pengetahuan tentang hasil belajar, pekerjaan yang baik, atau kebutuhan untuk perbaikan pada sisi-sisi tertentu akan memberikan sumbangan terhadap motivasi belajar yang berkelanjutan.
9. Penguatan (reinforcement). Apabila siswa berhasil belajar, ia didorong untuk terus belajar. Pembelajaran yang didorong oleh keberhasilan amat bermanfaat, dapat membangun kepercayaan diri, dan secara positif mempengaruhi perilaku di masa-masa yang akan datang.
10. Latihan dan pengulangan. Sesuatu hal baru jarang sekali dapat dipelajari secara efektif hanya dengan sekali jalan. Agar suatu pengetahuan atau keterampilan dapat menjadi bagian kompetensi atau kecakapan intelektual seseorang, haruslah pengetahuan atau keterampilan itu sering diulangi dan dilatih dalam berbagai konteks. Dengan demikian ia dapat tinggal dalam ingatan jangka panjang.
11. Penerapan. Hasil belajar yang diinginkan adalah meningkatkan kemampuan seseorang untuk menerapkan atau mentransfer hasil belajar pada masalah atau situasi baru. Tanpa dapat melakukan ini, pemahaman sempurna belum dapat dikatakan dikuasai. Siswa mesti telah pernah dibantu untuk mengenali atau menemukan generalisasi (konsep, prinsip, ataukaidah) yang berkaitan dengan tugas. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk bernalar dan memutuskan dengan menerapkan generalisasi atau prosedur terhadap berbagai masalah atau tugas baru.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan-pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumbnya, dapat disimpulkan bahwa agar proses belajar mengajar menjadi efektif dan efisien, maka seorang pengajar harus terlebih dahulu merumuskan sebuah perencanaan pembelajaran. Salah satunya adalah perencanaan penentuan media pembelajaran yang akan digunakan.

Perencanaan penentuan media pembelajaran sangatlah penting bagi proses belajar mengajar. Karena media merupakam alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke peserta didik. Dan dengan penggunaan media yang tepat, maka informasi yang disampaikan oleh pengajar dapat diserap dengan baik oleh peserta didik.

B. Pesan

Dengan di buatnya makalah ini, kami berharap bisa bermanfaat bagi pembaca dalam merencanakan penentuan media pembalajaran. Khususnya mahasiswa-mahasiswi yang nantinya akan menjadi seorang pengajar. Untuk selanjutnya, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kami bisa membuat makalah yang lebih baik lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Danim, Sudarwan. 2008. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Gruendemann, Barbara J., Billie Frensebner. 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, Vol. 1 Prinsip. Terjemahan oleh Egi Komara Yudha, Siti Aminah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Herujito, Yayat M. 2001. Dasar- Dasar Manajemen. Jakarta: Grasindo.

Ibrahim, R., Nana Syaodih S. 1996. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Nasution. 2011. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sadiman, Arief S. dkk. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Uno, Hamzah B., Nina Lamatenggo. 2011. Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.



Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Makalah Perencanaan Penentuan Media Pembelajaran"

Terima Kasih Sudah Berkomentar