Judul
Buku : Hadits Tarbawi (Hadits-Hadits Pendidikan)
Penulis : Dr. H. Abdul Majid Khon, M.
Ag
Penerbit : Kencana Premedia Group
Tahun : 2012
ISBN : 978-602-9413-55-7 297.2
Tebal
Buku : 2,5 cm
Tebal
Halaman : 386
Bab I Materi Pembelajaran
Materi
pembelajaran yang disebutkan dalam Hadits tentunya banyak. Tetapi dalam buku
ini hanya memaparkan sebagian materi yang sudah mewakili berbagai materi
pembelajaran yang berkembang. Yaitu Al-Qur’an, keimanan atau akidah, Fiqih,
ibadah, dan keterampilan. Al-Qur’an materi pembelajaran yang agung, karena menjadi
referensi seluruh materi yang lain.
Keimanan dan akidah yang ditanamkan kepada anak adalah keyakinan bahwa Allah selalu menyertai manusia dan melindunginya selama manusia itu memelihara agama dengan baik. Kemudian meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi ini telah ditetapkan dan ditentukan Allah dengan qada dan qadar-Nya.
Materi Al-Qur’an yang diberikan disini surat Al-Fatihah. Diantara surat yang paling agung dalam Al-Qur’an yang disebut A’dzam Surah adalah Surah Al-Fatihah yang mengandung seluruh isi Al-Qur’an yaitu akidah, syariah dan, akhlak.
Materi ibadah yang pokok adalah shalat, zakat, puasa, haji, dan zikir. Zikir setelah shalat membaca tasbih 33 kali, tahmid 33 kali, dan takbir 33 kali pahalanya melebihi sedekahnya orang-orang kaya.
Materi fiqih lebih umum dari materi ibadah, karena cakupannya meliputi ibadah, muamalah, munakahat, dan jinayah. Orang yang paham fiqih dinilai baik dalam beragama, karena secara normatif agama adalah fiqih.
Materi keterampilan yang disebutkan secara eksplisit adalah keterampilan memanah, berkendaraan, dan kesenian. Materi keterampilan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman misalnya komputer, perbengkelan, bahasa, seni, dan prakarya.
Bab II Metode Pembelajaran
Rasulullah adalah guru yang amat bijak, dalam memberikan pembelajaran menggunakan berbagai metode dan pendekatan yang berfariasi disesuaikan dengan kondisi dan situasi anak didik yang dihadapi, tidak hanya terpaku pada satu metode saja, sehingga suasana belajar bergairah dan menyenangkan. Diantara metode yang Beliau gunakan antara lain :
1. Metode drill dan eksperimen, Rasulullah ketika melihat seorang sahabat yang salah
dalam melakukan shalat, tidak langsung dibenarkan, tetapi disuruh berusaha
membenarkan sendiri. Setelah sahabat tersebut tidak mampu membenarkan sendiri
barulah Nabi meluruskan, begini cara shalat yang benar dengan demonstrasi.
2.
Metode
asistensi, ketika ada seorang yang akan bertamu kepada Rasulullah Saw hanya
minta izin tanpa salam kepada Beliau, maka Beliau cukup mengirim asistennya
untuk mengajarkan etika bertamu dalam islam yaitu memberi salam terlebih dahulu
kemudian minta izin. Setelah dilakukan seperti itu Rasulullah keluar
menyambutnya.
3. Metode tanya
jawab, seorang guru Malaikat Jibril mengajarkan agama yang meliputi iman, isla,
ihsan, dan tanda-tanda kiamat. Jibril duduk bersimpuh yang sopan dihadapan Nabi
yang duduk, kemudian terjadilah proses pembelajaran tentang agama tersebut
dengan menggunakan metode tanya jawab atau dialog tiga arah, antara Jibril
dengan Nabi dan antara Nabi dengan para sahabat.
4. Metode
sosiodrama, Rasulullah mengajarkan keutamaan ayat kursi untuk pemeliharaan diri
dari berbagai gangguan dengan mendramatisasikan dalam suatu adegan pemeliharaan
rumah zakat, setan sebagai pencuri harta zakat dan Rasulullah sebagai guru
sejati yang bertanggung jawab tehadap rumah zakat.
Bab III Sifat Kepribadian Pendidik
Sifat-sifat kepribadian seorang pendidik, maksud dari pendidik disini diartikan secara umum, bisa jadi orang tua atau guru, orang tua adalah guru pertama dan utama. Baik orang tua maupun guru hendaknya memiliki sifat-sifat kepribadian sebagaimana yang disebutkan pada Hadits berikut ini :
1. Adil, seorang pendidik hendaknya
berkepribadian adil ditengah-tengah anak didiknya baik dalam ucapan, perbuatan
dan tingkah lakunya. Seorang sahabat Nu’man bin Basyir ketika mempersaksikan
dihadapan Nabi suatu pemberian yakni seorang pembantu kepada salah satu anaknya
ditolak oleh Nabi Saw karena anaknya yang lain tidak diberi pemberian yang
sama.
2. Pengasih dan
adil. Seorang ibu dipuji oleh Rasulullah Saw dan dijanjikan surga, karena kasih
sayangnya dan keadilannya terhadap kedua putrinya. Ketika seorang ibu mendapat
tiga butir kurma dari Aisyah dibagi secara adil, masing-masing satu butir
kurma. Seorang ibu ketika akan memakan bagiannya, tiba-tiba direbut oleh kedua
puterinya tersebut lantas dibagi rata, masing-masing separuh kurma. Ibu
tersebut rela tidak makan apa-apa demi menyenangkan kedua puterinya.
3. Penyampai ilmu.
Salah satu tugas dan kewajiban seorang pendidik adalah penyampai ilmu kepada
yang membutuhkan atau ilmu yang harus diketahui umat islam. Seorang pendidik
tidak boleh bersikap pelit atau penyimpan ilmu yang berakibat sesatnya umat
dari jalan yang benar. Penyimpan ilmu hukumnya berat, besok di hari kiamat
mulutnya dikendalikan dengan api neraka.
4. Tawadu’. Seorang
pendidik hendak bersikap rendah hati atau tawadu’ sebagai salah satu indikator
keilmuannya. Semakin tinggi ilmu seorang pendidik semakin tinggi pula
tawadu’nya. Pendidik yang tawadu’ terhadap ilmunya menyampaikan ilmu yang
diketahuinya dan tidak merasa rendah mengatakan tidak tahu ketika ia tidak
mengetahuinya.
5. Toleran dan
bijaksana dalam menyikapi suatu kesalahan yang dilakukan murid. Sikap ini
sangat diperlukan untuk perbaikan kesalahan sehingga sadar dan menerima perbaikan tersebut.
Bab IV Karakter dan Sifat Anak Didik
Sikap anak didik di majelis atau dikelas ada tiga macam, ada yang duduk di depan, ada yang duduk di belakang karena malu-malu dan ada yang berpaling tidak mau menghadiri majelis. Balasan Allah kepada ketiga pelajar tersebut setimpal, pelajar yang serius dan hormat belajarnya diberi rahmat dan keberkahan ilmu demikian juga pelajar yang malu-malu tapi tidak sebanding dengan pelajar pertama. Adapun terhadap pelajar ketiga tidak mendapat apa-apa kecuali penyesalan.
Karakter anak didik dalam menerima
pelajaran bagaikan bumi yang ditimpa hujan. Ada tiga tipe karakter anak didik.
Pertama, paham ilmu mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain, bagaikan
tanah subur yang dapat menyerap air hujan dan menumbuhkan tanaman sehingga
berbuah. Kedua, paham ilmu, tidak mengamalkan tetapi mengajarkannya kepada
orang lain, bagaikan tanah tandus yang hanya dapat menampung air untuk orang
lain dan tidak dapat menumbuhkan tanaman apa-apa. Dan ketiga, tidak paham,
tidak mengamalkan, dan tidak mengajarkan, bagaikan tanah licin berlumut yang
tidak dapat menyerap air, tidak dapat menampung dan tidak dapat menumbuhkan
tanaman.
Diantara karakter anak didik yang
baik adalah tidak melalaikan pelajaran yang didapat atau keterampilan yang
telah dikuasai. Ia selalu mengulang-ulang, mendiskusikan, dan berlatih.
Penguasaan suatu keterampilan atau suatu ilmu pengetahuan adalah suatu kenikmatan
yang wajib disyukuri. Seorang yang sengaja meninggalkan suatu keterampilan atau
ilmu pengetahuan yang telah dikuasai berarti kufur terhadap nikmat tersebut.
Bab V Pengaruh Pendidikan
Ada tiga pengaruh pendidikan anak yaitu pengaruh teman atau kekasih, pengaruh orang tua, dan pengaruh guru. Pengaruh teman yang baik digambarkan seperti berteman dengan seorang pembawa minyak kasturi, sedang teman yang buruk bagaikan berteman dengan peniup api. Persamaan berteman dengan pembawa minyak kasturi ada tiga, adakalanya pembawa minyak itu memberi kamu atau engkau membeli darinya dan/ atau ikut mencium bau harumnya. Maknanya teman yang baik itu adakalanya memberi nasihat dan pandangan-pandangan yang baik, atau engkau belajar ilmu yang bermanfaat atau terangkat nama baikmu. Adapun perumpamaan peniup api maknanya adakalanya api itu membakar pakaianmu atau engkau mencium bau yang tidak enak. Maknanya teman yang buruk itu dapat merusak akhlakmu atau menjatuhkan citra baikmu.
Kekasih juga berpengaruh terhadap
pendidikan seorang anak, kadar nilai agama atau akhlak seseorang anak
ditentukan oleh siapa kekasihnya. Seseorang digiring bersama orang yang
dicintainya baik dunianya maupun akhiratnya. Jika seorang yang dicintai masuk
surga ia pun masuk surga sekalipun tingkat surganya berbeda karena amalnya
berbeda.
Orang tua mempunyai pengaruh yang
besar dalam pendidikan anak. Anak sejak lahir sudah membawa fitrah Islam yang
sempurna tidak ada kekurangan sedikitpun. Perkembangan fitrah islam ini
bergantung bagaimana pengaruh pendidikan yang diberikan orang tua, adakalanya
memupuk, melestarikan, dan mengembangkan fitrah islamiyahnya dan adakalanya
mematikannya dan berubah menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi. Kewajiban orang
tua adalah mendidik anak yang searah dengan fitrah tersebut tidak boleh
menyimpang dan menggantikannya dengan yang lain.
Ada pertarungan dua guru yang
membawa pengaruh yang kontra antara guru sihir dan ahli ilmu. Seorang guru
membawa pengaruh negatif ingin membentuk seorang pemuda menjadi tukang sihir
ulung seperti dirinya dan yang satu lagi seorang guru membawa pengaruh positif
berkeinginan mendidik menjadi seorang mukmin yang alim. Pertarungan terjadi
antara keduanya yang ingin menunjukkan karismatiknya. Setiap seorang pemuda itu
berangkat belajar ke majelis tukang sihir ilmu sihir mampir duduk terlebih
dahulu di majelis ahli ilmu itu dan ia lebih tertarik. Ditengah kebingungan
datanglah petunjuk yang memperkuat kebenaran seorang ahli ilmu itu, yakni
ketika dihadang seekor serigala besar ditengah jalan ia lempar dengan batu
sehingga mematikannya. Dengan tanda-tanda yang menakjubkan itu kecenderungan
kepada kebenaran seorang guru ahli ilmu semakin besar dan kesuksesan seorang
pemuda dalam berguru semakin tampak. Pengaruh guru seorang ahli ilmu lebih
unggul setelah bukti-bukti kebenaran dapat dibuktikan oleh seorang anak pemuda
tersebut, dan kesuksesan pendidikan seorang anak teruji oleh berbagai ujian
yang menimpa keimanannya. Dari ujian ke ujian dihadapi oleh seorang anak pemuda
itu, terutama yang datang dari seorang raja yang mengancam dibunuh atau
dilempar dari puncak gunung atau dibuang di laut jika tidak mau kembali ke
agama sang raja. Tetapi usaha sang raja itu berkali-kali gagal dan sia-sia.
Terakhir sang raja bisa membunuh dengan cara mengakui Tuhan sang pemuda itu dan
diikuti keimanan seluruh rakyatnya.
Bab VI Usia dan Tugas Belajar Mengajar
Perintah shalat kepada anak berumur tujuh tahun dimaksudkan latihan dan pembiasaan shalat. Pada usia ini anak telah mencapai usia kritis (mumayyiz) sudah mampu belajar dan berlatih shalat. Usia ini kemudian dijadikan pendidikan modern dalam menerima anak sekolah di SD. Usia 10 tahun pembelajaran shalat semakin ditingkatkan karena semakin dekat dengan usia baligh yang sudah diwajibkan melaksanakan shalat. Ada hukuman dan hadiah pada usia ini supaya termotivasi dalam melaksanakan perintah Allah. Pendidikan seks juga diperlukan pada usia ini agar tidak terjadi penyimpangan seksual
.
Sistem
pendidikan boarding school sudah
pernah dilaksanakan masa Rasulullah yaitu sejumlah orang sahabat dari Bashrah
yang dikirim tugas belajar bersama Rasulullah SAW selama 20 hari. Disitu mereka
belajar secara langsung sunah-sunah Rasulullah SAW. Setelah tercukupi
pembekalan kaderisasi sunnah dan terasa mereka sudah merindukan keluarga
diperkenankan pulang ke daerahnya. Tugas mereka setelah pulang ke daerahnya
adalah pulang kembali kepada masyarakat, hidup bersama mereka, ajarkan ilmu
yang telah diperoleh dari Nabi, shalat yang benar sebagaimana Nabi mengajarkan
shalat adzan, shalat berjamaah dan menjadi imam adalah orang yang paling tua
usia diantara mereka. Usia tua lebih didahulukan karena tingkat bacaan dan
fakihnya sama dikalangan mereka.
Ada
tiga konsep mencapai suatu kesuksesan misalnya sedekah yang banyak, sabar atas
penganiayaan, dan memelihara dari minta-minta. Ada empat kesuksesan manusia di
dunia yaitu:
1. Sukses dalam
bidang harta dan ilmu, keduanya digunakan untuk takwa kepada Allah,
bersilaturahim dan untuk mengenal hak-hak Allah. Tingkat pertama ini yang
paling baik diantara sekiantingkatan.
2. Sukses dalam
bidang ilmu saja, ilmu yang banyak tetapi harta tidak punya. Tingkat kedua ini
masih baik dan mendapat pahala seperti yang pertama karena orang berilmu itu
mengharap andaikata mempunyai harta akan mendermakannya ke jalan kebaikkan
seperti dermawan lain.
3. Sukses dalam
bidang harta saja, kelompok ketiga ini menurut sabda Nabi dalam Hadits yang
terdapat di buku ini, bahwa tingkatan ini
yang paling buruk diantara segala yang buruk. Hal ini disebabkan karena
harta saja tanpa ilmu akan bisa menimbulkan berbagi bencana dan kerusakan.
Apalagi kalau sudah mempunyai tekad bahwa harta berkuasa segalanya.
4.
Tidak sukses
keduanya, tingkat terakhir ini tidak seberapa parah bahayanya dibandingkan
dengan tingkat ketiga diatas, sekalipun tidak ada ilmu tetapi tidak memiliki
sarana prasarana untuk melakukan kejahatan, oleh karena itu masih terkendali
dengan dendirinya. Tidak blong ibarat rem yang terjadi pada tingkat ketiga di
atas.
Ada
70 orang sahabat Anshar yang terpilih sebagai pengajar dikirim ke negeri Najd
berdasarkan permintaan mereka untuk mengajarkan Al-Qur’an dan Sunnah. Mereka
yang terpilih adalah yang memenuhi kriteria seperti ahli membaca Al-Qur’an,
keras bekerja dan bersedekah, ketulusan dalam pengabdian dan ridha terhadap
ujian.
Bab VII Etika dan Metode Belajar
Dalam pendidikan islam etika dan metode belajar menjadi hal yang penting dibahas, karena keduanya dapat membantu anak didik dalam mempermudah tercapainya ilmu yang bermanfaat baik ilmu kasby maupun ilmu wahby. Ilmu kasby, ilmu yang harus diusahakan melalui pembelajaran yang tekun. Sedang Ilmu wasby, ilmu pemberian Allah tanpa melalui usaha pembelajaran (autodidak). Ilmu pertama diperoleh dengan kesungguhan, ketekunan, dan mudzakarah. Sedang ilmu kedua dengan jalan kecerdasan takwa dan amal shaleh sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah (2) : 282, diantaranya :
1. Tata beragama,
yaitu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, melaksanakan perintah-perintah dan
menjauhi segala larangan-Nya yang disebut dengan Takwa. Sebagai anak didik
hendaknya melatih dirinya sejak kecil untuk patuh beragama menjawab segala isi
Al-Qur’an dan Sunnah dengan ucapan dan perbuatannya : “Kami mendengar dan kami
taat, sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat ketika mendengar wahyu yang
disampaikan Rasul. Ilmu datangnya dari Allah diberikan kepada orang yang patuh
kepada-Nya.”
2. Banyak bertanya
dan menghargai perbedaan. Para sahabat ketika menjumpai suatu masalah langsung
bertanya kepada Rasulullah Saw dengan penuh kesopanan Rasulullah sebagai guru
yang baik juga membuka kesempatan tanya jawab kepada siapa saja yang menghadapi
suatu masalah termasuk menyelesaikan komplain tentang perbedaan bacaan
Al-Qur’an antarpara sahabat. Rasulullah mengakomodasi dan membenarkan perbedaan
itu dengan jawaban yang bijak: “Sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan atas tujuh
huruf semuanya benar dan cukup”. Para sahabat menerima dan dapat menghargai
pebedaan tersebut.
3. Belajar bersama
salah satu metode belajar yang diperintahkan baik dalam Al-Qur’an maupun kajian
isi kandungannya. Belajar bersama mempermudah belajar karena ada unsur tukar
pikiran (take and give), diskusi,
mudzakarah, dan musyawarah. Banyak keuntungannya diantaranya turunnya rahmat
dari Allah SWT, mendapatkan sakinah dan dibanggakan dihadapan para malaikat.
4. Tekun atau
sungguh-sungguh belajar, tidak boleh mengabaikan ilmu sedikitpun baik setelah
didapat. Memelihara ilmu bagaikan memelihara unta, unta perlu diikat dan
diperhatikan jika tidak ia cepat lari.
Bab VIII Alat dan Media Pembelajaran
Alat dan media pembelajaran sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Pada zaman Nabi Saw sudah ada sekalipun dalam kondisi sederhana sesuai pada waktu itu dan tidak semaju seperti zaman sekarang. Diantaranya tentang waktu dan tempat belajar yang paling baik adalah yang disepakati oleh dua belah pihak antara guru dan murid. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudriy, ada seorang wanita memohon kepada Nabi Saw agar beliau mengajar Hadits kepada kaum wanita suatu hari sebagaimana kepada kaum pria. Nabi tentukan dan sepakati bersama mereka hari tertentu dan ditempat tertentu.
Agar tujuan pendidikan tercapai
pengaturan jadwal pelajaran tidak membosankan anak didik perlu bervariasi baik
materi maupun strategi pembelajarannya. Demikian juga materi pelajaran, bobot,
muatan dan kurikulumnya hendaknya fleksibel. Abdullah bin Mas’ud ketika dimohon
menambah pengajarannya lebih sekali dalam satu minggu menolak dengan alasan
khawatir membosankan mereka sebagaimana Nabi juga melakukan seperti itu.
Media pembelajaran sangat diperlukan
dalam proses pembelajaran agar anak didik mudah mencerna materi yang diajarkan.
Rasulullah sering memediakan dirinya ketika menyampaikan suatu pelajaran,
misalnya ketika beliau menjelaskan tanda-tanda kiamat, terangkatnya ilmu,
tersebarnya kebodohan dan fitnah, dan banyak haraj. Ketika beliau ditanya
tentang makna haraj. Beliau menjawab: “begini dengan menggerak-gerakkan tangan
beliau, seolah membunuh. Maknanya banyak pembunuhan. Demikian juga Abu Sa’ad
bin Abi Waqqash ketika mengajarkan kalimat do’a-do’a menggunakan media tulisan
bagaikan seorang guru mengajarkan tulisan melalui tahapan sedikit demi sedikit.
Diantara do’a yang diajarkan adalah do’a dibaca setelah shalat mohon
perlindungan dari sifat pelit, penakut, pikun, fitnah dunia, dan azab kubur.
0 Komentar untuk "Resume Buku Hadits Tarbawi"