RESUME BUKU STUDI ULUMUL QURAN (TELAAH ATAS MUSHAF USTMANI)



Penulis             : Drs. Taufiqurrahman, M.Ag
Penerbit           : Pustaka Setia
Tebal Buku     : 193 halaman

BAB 1 PENDAHULUAN
Pengumpulan Al-Qur’an terkadang diartikan dengan menghapalkan dan mengikatnya dalam dada dan terkadang diartikan dengan penulisannya dalam mushaf. Pengumpulan tersebut melalui tiga masa, yaitu Pengumpulan Al-Qur’an pada masa Nabi SAW, Abu Bakar r.a., dan Utsman bin Affan r.a.
BAB II PENGUMPULAN AL-QURAN DALAM PENGERTIAN PENGHAFALAN DALAM DADA
Ketika Al-Qur’an turun kepada Nabi SAW, beliau menyampaikannya kepada sahabatnya secara perlahan-lahan agar mereka hafal lafadznya dan mampu memahami maknanya.
BAB III PEMELIHARAAN SAHABAT TERHADAP AL-QURAN
            Pemeliharaan Al-qur’an di kalangan sahabat sangat diprioritaskan. Para sahabat menempatkan Al-Qur’an pada posisi utama. Mereka berlomba-lomba dalam menghafalkan lafadznya dan memahami maknanya. Mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai penghibur di waktu senggang dan sebagai sarana ibadah di waktu malam sehingga bacaan Al-Qur’an mereka terdengar laksana lebah.
BAB IV BEBERAPA RIWAYAT TENTANG PENGUMPULAN AL-QURAN
            Hadits riwayat Bukhari dari Annas r.a. yang artinya “Empat orang (telah meriwayatkannya) semuanya berasal dari golongan Anshar, yaitu Ubay bin Ka’ab, Mu’adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit, dan Abu Zaid, Saya (Anas) ditanya, ‘siapakah Abu Zaid itu?’ Anas menjawab, ‘dia adalah pamanku.’
            Ulama terdahulu menjawab masalah hadits tersebut secara berbeda, diantaranya :
1.      Tidak ada orang yang mengumpulkan Al-Qur’an secara langsung dari Rasul, selain empat orang itu. Selain yang empat mereka telah menerima sebagiannya secara langsung dan sebagiannya lagi dengan perantara.
2.      Ulama lain berpendapat bahwa yang dimaksud dengan pengumpulan Al-Quran itu ialah penulisannya.
3.      Ulama lainnya berpendapat bahwa Al-Qur’an itu tidak ada yang menghimpun secara keseluruhan, baik huruf, bacaan, dan bahkan ta’wil-ta’wilnya kecuali orang itu.
4.      Pendapat yang shahih adalah yang dikemukakan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam kitab Al-Fathu bahwa pernyataan di atas disandarkan kepada kaum Khazraj tanpa memasukkan kaum Aus di dalamnya. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan masih banyak kaum Muhajirin selain yang empat itu telah menghafal Al-Qur’an. Kebanyakan asumsi di atas hanya membebeni diri belaka. Menurutnya ada kemungkinan lain ada kaum Muhajirin lainnya yang telah mengumpulkannya, selain kaum Khazraj dan Aus itu, sebab hadits itu disampaikan ketika terjadi kasus saling membanggakan diri antara kaum Aus dan Khazraj.
BAB V PARA PENGHAFAL AL-QUR’AN DARI KAUM WANITA
Para penghafal Al-Qur’an dari kaum wanita, yaitu Aisyah, Hafhsah, Ummu Salamah, dan Ummu Waraqah.
BAB VI PENGUMPULAN AL-QUR’AN DENGAN PENGERTIAN PENULISANNYA PADA MASA NABI SAW.
Nabi SAW tidak hanya menghafalkan Al-Qur’an dan membacakannya kepada para sahabatnya dan kemudian dihafalkan oleh mereka, melainkan beliau juga menuliskannya dalam lembaran-lembaran. Untuk itu Nabi SAW memiliki para penulis wahyu, diantaranya adalah Abu Bakar, Umar, Utsman dan ‘Ali, Abban dan Khalid (keduanya anak Sa’id), Khalid bin Walid, Muawiyah bin Abi Sufyan, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, dll.
BAB VII PENULISAN AL-QUR’AN PADA MASA ABU BAKAR R.A.
Tatkala terjadi peristiwa Yamammah pada tahun ke-12 H, banyak terjadi pembunuhan di kalangan sahabat, dan banyak dantaranya penghafal Al-Qur’an yang meninggal hingga menurut satu pendapat mencapai 500 orang dan pendapat lain 700 orang. Oleh karena itu, Umar r.a. merasa takut bahwa ahli qira’ah yang masih tersisa akan banyak terbunuh dan diantara mereka memiliki Al-Qur’an sehingga semua itu akan hilang. Kemudian Umar r.a. mengisyaratkan kepada Abu Bakar untuk menghimpun Al-Qur’an dalam satu tempat tidak berceceran dimana-mana, seperti lembaran daun kurma, batu-batu, kulit-kulit, dll. Kemudian Abu Bakar pun menyetujuinya walaupun awalnya merasa ragu. Kemudian  yang mendapat titah menghimpun Al-Qur’an itu adalah Zaid bin Tsabit.
BAB VIII  FAKTOR PENDORONG PENULISAN AL-QUR’AN
Faktor yang mendorong penulisan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar r.a. adalah kekhawatiran hilangnya ayat Al-Qur’an karena kematian sejumlah besar al-qurra’ dan para penghafal dalam peperangan yang memiliki bentuk tulisan juga (shuhuf).
BAB IX RIWAYAT ALI R.A. MENGENAI PENGUMPULAN AL-QUR’AN
Riwayat ini tidak bertentangan dengan riwayat yang telah dikeluarkan oleh Ibnu Abi Dawud dari jalur Ibnu Sirin yang menyatakan bahwa Ali telah berkata, “ketika Rasulullah SAW wafat, saya berjanji tidak akan mengambil atau memakai sorban, kecuali untuk shalat jum’at sebelum saya dapat menghimpun Al-Qur’an maka saya pun mengumpulkannya.” Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata, “Riwayat ini lemah karena keterputusan dan kadar keshahihannya. Sebab, maksud dari penghimpunan itu adalah menghafalkannya di dalam dada. Tetapi penulis berpendapat bahwa riwayat ini memenuhi keshahihan karena maksud dari pengumpulan tersebut adalah penulisan yang tidak bertentangan dengan riwayat mashur yang menyatakan bahwa Abu Bakar adalah orang yang pertama yang menghimpun Al-Qur’an.
BAB X PENGUMPULAN AL-QUR’AN PADA MASA UTSMAN R.A.
Ketika Utsman memegang kekhalifahan, seseorang mengajarkannya kepada orang lain dan orang yang diajari pun mengajarkan bacaannya kepada orang yang mengajarinya tadi. Kemudian terjadilah perselisihan bacaan diantara umat. Peristiwa tersebut diajukan kepada pengajarnya sehingga sebagian mereka mengkafirkan sebagian yang lain. Peristiwa tersebut mengejutkan Utsman r.a., lalu beliau bermusyawarah dengan para sahabat. Maka terjadi kesepakatan untuk menyatukan manusia dalam satu mushaf agar tidak terjadi perselisihan dan pertentangan dalam masalah bacaan tersebut.
BAB XI ULAMA YANG MENDUKUNG PENULISAN AL-QUR’AN
Ulama yang mendukung penulisan Al-Qur’an adalah Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin Al ‘Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits. Kelompok lain yang mendukung adalah Katsir bin Aflah, Malik bin Abi Amir, Ubay bin Ka’ab, Anas bin Malik, Abdullah bin Abbas.
BAB XII PENULISAN MUSHAF MERUPAKAN TINDAKKAN MULIA SAYYIDINA UTSMAN
Penulisan mushaf-mushaf  secara sempurna dalam kehati-hatian dan ketepatannya merupakan salah satu tindakkan mulia yang dilakukan oleh Dzu An-Nurain, Utsman, dan juga merupakan tindakan yang paling berharga. Walaupun sebagian orang enggan melakukan perintah Utsman untuk membakar mushaf selain mushaf yang ditulis Utsman.
BAB XIII APAKAH BOLEH MEMBAKAR BUKU-BUKU ILMU DAN SEJENISNYA
Berdasarkan pada perintah Utsman r.a. terhadap pembakaran lembaran-lembaran dan mushaf-mushaf lainnya ketika dia menghimpun Al-Qur’an dalam mushaf-mushaf standar, para ulama membolehkan untuk membakar mushaf-mushaf yang telah usang dan kitab-kitab yang di dalamnya tertera nama Allah SWT. Hal itu merupakan penghormatan dan pemeliharaan baginya dari injakan kaki.
BAB XIV FAKTOR PENDORPONG UTSMAN DALAM PENGUMPULAN AL-QUR’AN
Faktor yang mendorong Utsman untuk menghimpun Al-Qur’an adalah untuk menghilangkan perselisihan dan pertentangan serta menghentikan sikap kaum muslimin dalam menonjolkan atau membanggakan diri dalam Al-Qur’an. Dengan penghimpunan ini, dia mencoba menyatukan bacaan umat dalam satu huruf (bahasa), yaitu bahasa Quraisy.
BAB XV PENYEBAB VARIASI JUMLAH MUSHAF
Penyebab variasi jumlah mushaf adalah bahwa Utsman beserta para sahabat bermaksud menuliskan mushaf-mushaf berdasarkan kesepakatan bersama dan berdasarkan bacaan-bacaan yang dinukil atau diriwayatkan dari Nabi SAW secara mutawatir. Kemudian mereka menghimpun mushaf-mushaf tersebut agar mencakup seluruh bacaan yang mutawatir. Perbedaan mushaf tersebut terjadi dalam dua hal, yaitu tulisan, lafadznya mengandung dua alternatif bacaan atau lebih yang berlainan dan tulisan lafadz yang tidak mengandung alternatif ragam bacaan dalam sebagian mushaf terkadang ditulis dengan satu bentuk dan dalam sebagian lain ditulis dengan bentuk lain.
BAB XVI DI MANAKAH MUSHAF UTSMANI SEKARANG
Penulis kitab Manahil Al-Irfan berkata, “kami tidak memiliki dalil yang kuat mengenai keberadaan Mushaf Utsmani sekarang, terutama dalil yang menunjukkan tempatnya. Tetapi Ibnu Katsir, dalam kitab al-Fadhil, berkata, “ adapun mushaf-mushaf Utsmani yang menjadi rujukan, yang paling termasyhur sekarang adalah Mushaf Syamiy di Universitas Damsyiq yang tersimpan di bagian timur ruangan luas yang terpelihara dan penuh dengan ungkapan Allah.
BAB XVII LONTARAN KERAGUAN TERHADAP PENGUMPULAN AL-QUR’AN
            Musuh-musuh Islam tidak akan berhenti mencari celah-celah untuk menuduh atau mencela Al-Qur’an Al-Karim sebab ereka tahu bahwa Al-Qur’an adalah landasan agama dan sumber jalan yang lurus. Mayoritas tuduhan ini didasarkan pada riwayatyang dhaif dan maudhu yang termuat dalam sebagian kitab keislaman.
BAB XVIII BANTAHAN TERHADAP KRITIKAN TENTANG PENGUMPULAN AL-QUR’AN
Bantahan terhadap lontaran keraguan dalam pengumpulan Al-Qur’an, yaitu berikut ini. Sesungguhnya kaum muslimin telah bersepakat bahwa yang ditulis dalam mushaf-mushaf dan dihafalkan oleh ribuan orang dan diperoleh dari ribuan orang juga adalah Al-Qur’an yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi-Nya, tanpa adanya tambahan atau pengurangan.
BAB XIX  TULIS (AL-KITABAH) DI KALANGAN ORANG ARAB
Para ahli sejarah bersepakat bahwa penulisan masuk kota Mekah dengan perantaraan Harb bin Amiyah bin Abd Syamsi. Meskipun mereka berbeda pendapat mengenai sumber Harb mempelajari tulis menulis.
BAB XX ISLAM DAN TULIS-MENULIS
Ketika islam datang, tulis menulis dan pembelajarannya serta ilmu pengetahuan mendapatkan perhatian tinggi. Terbukti dengan pernyataan yang diturunkan di awal surat al-Alaq : 1-5.
BAB XXI PENULISAN AL-QUR’AN AL-KARIM
Pada masa Nabi SAW Al-Qur’an telah ditulis seluruhnya meskipun penulisannya masih terpisah pisah yaitu pada pangkal dedaunan, batu datar, tulang belulang hewan, kulit, dedaunan dll. Tatkala ayat Al-Qur’an turun kepada Nabi SAW, beliau memanggil sebagian penulis wahyu untuk menuliskan ayat tersebut.
Kemudian pada masa Abu Bakar r.a. Al-Qur’an ditulis ke dalam lembaran-lembaran secara terkumpul dan tulisannya sebagaimana tulisan yang ada pada masa Nabi SAW. Berikutnya pada masa Utsman r.a. Al-Qur’an ditulis kembali pada mushaf sebagaimana adanya dan tulisannya pun sebagaimana tulisan pada masa Abu Bakar r.a., hanya saja Utsman membatasi penulisannya sesuai tuisan Quraisy.
BAB XXII PARA PENULIS WAHYU
            Para penulis wahyu itu  adalah dari kelompok sahabat yang terkenal dengan kesempurnaan agamanya, kekokohan amanah, dan kekuatan daya nalarnya, diantaranya Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sirah, Zubair bin Al-‘Awam, Muawiyah, Khalid, Ibnu Sa’id bin Al ‘Ash bin Amiyyah, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Syarhabil bin Hasanah, ‘Abdullah bin Rawahah, ‘Amr bin Al ‘Ash, Khalid bin Al Walid, Al Arqam bin Abi Al Arqam, Tsabit bin Qais, Abdullah bin Al Arqam Az Zuhri, Handhalah bin Ar Rabi’ Al Asady, Mu’aiqib bin Abi Fathimah.
BAB XXIII TULISAN (RASM) MUSHAF, APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN TULISAN (RUSM) MUSHAF ITU
            Yang dimaksud dengan tulisan mushaf ialah tulisan yang peletakkannya direstui oleh Utsman r.a. serta kelompok sahabat yang sepakat dengannya tentang penulisan ayat-ayat Al-Qur’an dan penulisan huruf-hurufnya dalam mushaf-mushaf yang telah diedarkan ke berbagai pelosok dan merupakan mushaf Al-Imam yang terjaga keberadaannya dan telah menjadi ilmu tersendiri serta telah mendapatkan perhatian dalam penulisannya dari pakar ulama, baik ulama salaf maupun mutaakhirin.
BAB XXIV KAIDAH PENULISAN MUSHAF
            Pada dasarnya, apa yang ditulis itu hendaknya sesuai dengan apa yang diucapkan, tanpa penambahan atau pengurangan, perubahan atau penggantian, memperhatikan permulaan dan akhir ucapan, serta pemisahan dan persambungan dari ucapan tersebut. Berkenaan dengan hal ini, para ulama telah meetapkan dasar dan aturan-aturan penulisan meskipun ada sebagian yang berbeda dengan tulisan mushaf Al-Imam.oleh karena itu, dikatakan bahwa dua tulisan tidak dapat dikiyaskan satu sama lainnya, yakni tulisan mushaf dan tulisan yang disajikan berikutnya. Sebab, dalam tulisan yang pertama, yang diberlakukan adalah sesuatu yang memiliki jejak ditransformasikan, bukan lafadz yang diucapkan. Adapun tulisan yang kedua, yang diberlakukan adalah bentuk yang dilafalkan. Aturan penulisan ini berkisar pada enam hal, yaitu penghapusan, penambahan, penulisan hamzah, penggantian, persambungan dan pemisahan, tulisan yang memiliki dua bacaan yang mutawatir, tetapi hanya ditulis salah satunya saja.
BAB XXV APAKAH TULISAN MUSHAF ITU TAUQIFIY ATAU ISHTHILAHIY
Berkenaan dengan hal ini, ada tiga pendapat yang berbeda, tetapi menurut jumhur ulama bahwa tulisan mushaf Utsmani itu bersifat tauqify yang tidak boleh dibantah. Mereka berargumentasi bahwa sesungguhnya Al-Qur’an telah ditulis seluruhnya pada masa Rasulullah SAW dan beliau mendiktekannya kepada para penulis wahyu dan menunjukkan kepada mereka dalam penulisan tersebutmelalui wahyu dari Jibril a.s.
BAB XXVI PENDAPAT PARA IMAM MENGENAI KEHARUSAN MEMEGANGI TULISAN (RASM) UTSMANI
            Asyab berkata, Imam Malik ditanya, ‘Apakah mushaf itu ditulis sesuai dengan huruf hijaiyah yang dibuat manusia?’ Imam Malik menjawab, ‘tidak, melainkan ditulis sebagaimana adanya semula.’ Ad-Daniy meriwayatkan dalam kitab Al-Mughni, dia mengatakan bahwa para ulama telah bersepakat dalam hal ini.
BAB XXVII APAKAH NABI SAW MENJADI MAMPU MEMBACA DAN MENULIS (PADAHAL SEBELUMNYA TIDAK)?
            Para ulama sepakat bahwa Nabi SAW, ketika diutus kepada umat manusia, tidak dapat menulis dan membaca. Hal ini agar menjadi hujjah bagi mereka, dan menghilangkan keraguan mengenai keberadaan mukjizatnya yang paling besar yaitu Al-Qur’an.
BAB XXVIII MANFAAT RASM UTSMANI
Manfaat Rasm Utsmani diantaranya: mengetahui persambungan sanad mengenai Al-Qur’an, mengetahui penunjukan asal harakah, mengetahui penunjukkan sebagian bahasa fashih, mengetahui penunjukkan pengertian yang tersembunyi.
BAB XXIX LONTARAN KERAGUAN SEKITAR PENULISAN AL-QUR’AN DAN BENTUK TULISANNYA
            Kebiasaan yang telah mendarah daging dari para pendeta, propagandis, dan kaum orientalis adalah mencari-cari kecacatan atau melontarkan tuduhan yang meragukan keberadaan Al-Qur’an, penulisan dan bentuk tulisannya yang telah disepakati dalam mushaf Utsmani. Semua yang mereka tuduhkan itu merujuk pada riwayat-riwayat yang batil yang disandarkan kepada orang-orang saleh terdahulu secara bohong dan palsu, dan sejak dahulu ulama telah waspada terhadap tuduhan itu.   


Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "RESUME BUKU STUDI ULUMUL QURAN (TELAAH ATAS MUSHAF USTMANI)"

Terima Kasih Sudah Berkomentar